Sawah? Festival? Ya itu lah pertanyaan yang pertama kali timbul di benak pikiran saya ketika mendengar Festival Rarangken Sawah.
Festival Rarangken Sawah ini merupakan acara puncak mahasiswa/i KKN Unpad Desa Kertasari bersama Dosen Pembimbing Lapangan, yaitu Bapak Kusnandar.
Beberapa hari sebelumnya, mahasiswa/i KKN mempersiapkan diri untuk Festival Rarangken Sawah ini, dengan melakukan Gladi Resik. Seperti namanya, Festival Rarangken Sawah ini diadakan di sawah, di curug Pasirkoja, Dusun Leuwipicung, Desa Kertasari, Kec. Cipatujah pada Selasa (3/2). Tujuan dari Festival rarangken Sawah ini selain merupakan program mahasiswa/i KKN bersama dengan DPL, yaitu memperkenalkan kesenian/hiburan/kaulinan sawah yang sudah sejak lama ditinggalkan kepada generasi muda maupun masyarakat sekitar, mengasah kemampuan generasi muda (SD, SMP, dan SMA) bekerja team dalam membuat kaulinan sawah di Sunda.
Acara dimulai dengan peserta dan para tamu undangan melakukan registrasi.
Acara ini di pandu oleh MC Zaenal Furqon dan Lias Ate. Dan acara ini dibuka dengan pembacaan Al Quran oleh perwakilan mahasiswa KKN Desa Kertasari. Dengan sambutan dari DPL kami, Koordinator Desa Kertasari, Komandan Koramil, serta Kepala Camat Kec. Cipatujah memulai acara Rarangken sawah.
Acara ini diikuti oleh peserta dari Dua Desa, yaitu Desa Cikawungading dan Desa Kertasari. Dimana dari setiap dusunnya mengirimkan perwakilannya sekitar 5-6 orang untuk setiap sekolahnya.
Acara dimulai dengan sambutan, lalu peninjauan langsung perangkat desa dan kecamatan, serta tamu penting, ke lokasi lomba yang dipandu oleh mahasiswi KKN kami, Fitria Adianti.
Ia memperkenalkan berbagai kaulinan Sunda baik yang akan digunakan sebagai lomba ataupun tidak, seperti batok ngisang, kokoprok, kokolpeteng, leang-leang, dan pancu rendang. Adapun pengertiannya, yaitu:
Batok ngisang: alat yang terbuat dari batok kelapa, bambu, dan kolotok kerbau, yang dirangkai untuk menampung air dan mengeluarkan bunyi. Alat ini sangat bergantung dengan air, bila tidak ada air maka tidak akan mengeluarkan suara.
Kokoprok: yang terbuat dari bambu dan mengeluarkan bunyi jika digerakkan.
Kokolpeteng: alat yang terbuat dari nampan, bambu, alat ini sangat bergantung dengan kekuatan angin, dapat mengeluarkan suara jika terhembus oleh angin.
Leang-leang: yang terbuat dari daun kelapa kering, ini hampir berfungsi dengan orang-orangan sawah, yang berfungsi untuk menakut-nakuti burung atau hama. Dapat digerakkan dengan cara digoyang-goyang.
Pancurrendang: yang terbuat dari bambu, dan sangat mengandalkan air.
Kelima alat ini mempunyai fungsi sama, yaitu untuk menakut-nakuti hama baik burung, maupun babi hutan. Selain itu, disamping kelima kaulinan sawah ini dapat mengeluarkan bunyi dapat dijadikan hiburan oleh orang-orang zaman dulu saat bekerja di sawah.
Adapun yang dilombain, yaitu Batok ngisang dan pancurrendang. Motif tersendiri dari lomba ini pun, mengasah generasi muda dalam bekerja team, ketelitian dengan menggunakan pisau tajam dan bambu, serta kecekatan dan ketepatan, serta kecerdikan mereka.
Acara dimulai dengan persiapan alat-alat bambu, lalu workshop dan perlombaan.
Acara ini berlangsung sangat ramai dan penuh antusias. Di penghujung lomba kami pun menemukan 3 pemenang dan juara harapannya.
Adapun juri dari Festival Rarangken Sawah, yaitu:
Acara ini sekaligus perpisahan dari mahasiswa/i KKN Desa Kertasari kepada warga Kertasari.
Semoga keberadaan kami di Desa Kertasari meninggalkan jejak positif, bermanfaat untuk kedua belah pihak, dan tentu meninggalkan kesan dan pesan yang tak terlupakan. Terimakasih Desa Kertasari. We'll remember it all the time (/fap)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar